BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Khamis, 13 Ogos 2009

MALU, HILANG ATAU KELIRU?

Kadang kita merasa malu, keadaan ini muncul ketika ada sesuatu hal pada diri kita atau perbuatan yang kita lakukan tidak ingin diketahui oleh orang lain, tapi apakah itu malu yang dimaksudkan dalam Islam? maka sebelum kita malangkah lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui maksud malu yang telah diterangkan dalam Islam yang membuahkan rasa bahagia dan damai dalam diri kita.
Kata malu sering kita dapatkan dalam hadis Rasulullah Saw, malah dalam sebuah hadis beliau mengatakan bahwa iman seseorang takkan sempurna tanpa adanya rasa malu. Dalam hadis ini beliau mendefinisikan malu, yaitu malu yang tidak membawa sesuatu kecuali kebaika. Hal ini diperjelas oleh Dr. Hasan Syamsi Basa dalam bukunya yang berjudul “Bahagiakan dirimu dan orang lain”. beliau mengatakan “malu adalah menahan atau mencegah segala perilaku yang dipandang jelek oleh akal dan perasaan, serta pengingkaran terhadap segala bentuk perbuatan yang tidak diredhai makhluk dan Khalik”.

Malu adalah akhlak yang mulia yang mencegah seseorang dari perbuatan yang haram dan mungkar, serta dapat menjaga seseorang agar tidak terjerumus kedalam lembah nista yang penuh dengan dosa, maka barang siapa yang hilang rasa malu dari dalam dirinya, dia akan menjadi seperti anak zina yang akan merasa jijik dengan segala kebaikan.
Allah Swt telah berfirman “Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kamu kembali. "
(QS: Faathir: 18)

Rasulullah Saw bersabda: “ malu itu sebahaian dari pada iman, dan iman itu tempatnya di surga, kejorokan atau ketidak sopanan itu sebahagian dari pada perangai yang buruk, dan perangaib uruk itu tempatnya di neraka.
(HR: Ahmad dan Tirmizi).

Namun sesuatu yang kita dapati sekarang tidak seperti apa yang diinginkan oleh Islam. Kita sering keliru meletakkan kata malu, atau malah memang rasa malu itu telah sirna dari dalam diri kita. Sering kita dengar kata “malu” dari orang lain yang tidak pantas untuk dikatakan malu dalam persepsi Islam. Seperti malu untuk berbusana muslimah, malu untuk menghadiri sholat berjamaah. Malu seperti ini merupakan malu yang bersifat negatif dalam persepsi Islam. Kerana mereka malu untuk melakukan kebajikan. Seharusnya kita malu sebagai umat Islam yang ma’ruf dengan peradaban yang benar-benar berlandaskan adab. Agama yang mempunyai konsekuensi dalam ibadah dan istiqamah dalam pendirian. Karena ajaran Islam telah menanamkan tatakrama yang baik dalam pergaualan, ibadah dan sebaginya. Berbeda dengan orang-orang bukan Islam yang menganggap bahawa sifat “malu” merupakan sesuatau yang dianggap kuno.

Seharusnya menjadi seorang muslim sejati itu perlu diawali dengan sifat malu, iaitu malu terhadap dosa. Bukan malu kerana orang lain, tapi malu kerana Allah Swt. Malu lah kerana sebagai hamba yang daif kita selalu melakukan kekhilafan dan kesalahan. Perbanyaklah memohon keampunan Allah atas segala perbuatan dan tingkah laku kita. Bukankah Rasulullah Saw selalu memohon ampunanbagi dirinya, padahal Nabi Muhammad adalah orang yang pasti akan melangkah pintu surga Firdaus? Untuk itu mari kita mulai dari sekarang untuk jujur, terutama pada diri kita sendiri denan memperbanyak renungan dengan hati, akal, dan nafsu kita, sehinga kita jauh dari perbuatan-peruatan yang dibenciNya, dan akhirnya kita menjadi hamba yang diredhaiNya. Amin ya rabal a’lamiin...

0 ulasan: